Melalui kegiatan outing ke Kampung Cireundeu, siswa SMP Santa Maria
belajar langsung tentang kemandirian, kebersamaan, dan rasa cinta terhadap
budaya lokal.
Sebagai bagian dari pembelajaran kokurikuler, kegiatan ini dirancang
untuk menumbuhkan dimensi kewargaan dan kolaborasi dari delapan
dimensi profil lulusan. Pembelajaran tidak hanya berfokus pada aspek kognitif,
tetapi juga pada pengembangan karakter dan keterampilan sosial yang akan
membentuk pribadi mandiri dan peduli terhadap lingkungan serta budaya bangsa.
Siswa siswi kelas 7 SMP Santa Maria menyimak paparan sejarah kampung cireundeu dari ketua Adat
Pada hari Rabu, 24 September 2025, siswa berangkat dengan semangat tinggi
menuju Kampung Cireundeu. Setibanya di sana, mereka diterima oleh dua pemandu
lokal yang akrab dipanggil akang, yang memperkenalkan sejarah dan
filosofi kehidupan masyarakat setempat. Dari penjelasan mereka, siswa belajar
bahwa masyarakat Cireundeu telah lama mengandalkan singkong sebagai
bahan pangan utama sejak masa krisis beras di tahun 1918. Dari situ lahirlah rasi,
atau nasi singkong, yang hingga kini menjadi simbol kemandirian pangan dan
kecintaan terhadap sumber daya lokal.
siswa siswi kelas 7 SMP Santa Maria hiking menuju puncak salam
Setelah mendengarkan penjelasan tersebut, para siswa diajak untuk hiking
menuju Puncak Salam. Mereka menempuh perjalanan tanpa alas kaki—sebuah tradisi
masyarakat setempat yang bermakna “membumi” dan menghormati alam. Perjalanan
itu tidak mudah: jalan berbatu, licin, dan berlumpur menjadi tantangan
tersendiri. Namun, di balik rasa lelah, muncul semangat, tawa, dan rasa syukur
ketika akhirnya mereka tiba di puncak. Banyak siswa yang mengaku ini pengalaman
pertama berjalan tanpa alas kaki, bahkan ada yang baru pertama kali melihat
capung atau hutan bambu dari dekat.
Usai beristirahat dan menikmati makan siang dengan menu khas rasi—tanpa nasi putih—para siswa dibagi ke dalam dua kelompok. Sebagian membuat kreasi dari janur seperti keris, ikan, dan pecut, sementara kelompok lainnya belajar langsung membuat rasi dari proses mengupas hingga memarut singkong. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan pembelajaran musik tradisional menggunakan angklung buncis, alat musik khas dengan lima nada yang dimainkan bersama-sama.
siswa siswi kelas 7 SMP Santa Maria belajar menggunakan angklung buncis
Melalui pengalaman ini, siswa belajar untuk bekerja sama, menghargai
perbedaan, dan memahami pentingnya melestarikan budaya lokal. Tak hanya itu,
mereka juga mendapat tugas kelompok untuk membuat laporan kegiatan dalam bentuk
vlog, artikel, komik, atau cerpen—yang di dalamnya memuat
teks prosedur dalam bahasa Inggris sebagai bentuk kolaborasi antara mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Bahasa Inggris.
Kegiatan di Kampung Cireundeu menjadi pengingat bahwa pembelajaran terbaik
tidak selalu terjadi di dalam kelas. Dengan mengalami langsung kehidupan
masyarakat adat, siswa belajar untuk berpikir kontekstual, bersyukur atas
keberagaman, dan siap berkontribusi positif bagi lingkungannya. SMP Santa Maria
terus berkomitmen menghadirkan pengalaman belajar yang menyentuh hati dan membentuk
karakter para siswanya.
Lokasi : Kampung Cireundeu, Cimahi.
SMP Santa Maria Bandung.
Berbagi
Postingan Terkait
Loading...
Posting Komentar
Konfirmasi Penutupan
Apakah anda yakin ingin menutup pemutaran video ini?